Kalau tulisan ini selesai dan layak dipublikasikan di blog maka tulisan ini adalah tulisan pertama saya setelah hampir 2 bulan tidak menulis. Sudah lama saya membayangkan saat ini. Saya rindu menulis.
Menulis ternyata tidak mudah seperti dikatakan beberapa buku tentang menulis. Buku-buku tersebut menggoda penulis angin-anginan sepertiku ini dengan judul-judul seperti; menulis itu gampang, menulis cerpen itu mudah, cara mudah menulis novel, atau cara mudah menjadi penulis skenario terkenal. Lalu bertanyalah saya, segampang itukah menulis novel? Kalau sebegitu gampangnya, kenapa Virginia Wolf atau Ernest Hemingway memilih bunuh diri ketika mereka sudah merasa tidak mampu lagi menghasilkan karya yang lebih indah dari karya mereka terdahulu?
Itulah masalah saya dan mungkin kalian juga, menulis tidak mungkin gampang. Tidak mungkin. Mana mungkin membuat karya seindah The Old Man and The Sea disebut gampang? Well, gampang buat otak Hemingway tapi tidak untuk otak Sakdiyah. Apakah ini yang membuat saya berhenti atau paling tidak malas menulis? Apakah kita akan berhenti begitu saja hanya dengan alasan kita bukan Hemingway atau Gunawan Muhamad? Jelas kita bukan mereka dan tidak akan jadi mereka kalau kita masih jadi penulis angin-anginan. Penulis yang hanya berangan menjadi besar tanpa sungguh-sungguh berusaha. Bagaimana caranya agar kita bergairah menulis? Sebelum bicara obat, tentu kita harus bicara penyakitnya dulu.
Mengapa menulis begitu sulit?
Pertama, awalnya selalu berat. Memulai memang tidak mudah karena menulis memerlukan ketekunan, keseriusan, ketahanan terhadap segala cuaca. Tidak banyak orang punya itu. Lebih banyak orang yang menyerah atau bahkan tidak pernah memulai sama sekali. Kutipan berikut memang klise, tapi biarlah, nyatanya relevan untuk kasus ini. Silahkan simak. ”Orang yang kalah bukanlah orang yang gagal tetapi orang yang tidak pernah memulai.” Jadi, beranilah untuk mencoba. Kumpulkan keberanian, kekuatan, hasrat, snack, segelas air putih, seteguk musik yang menginspirasi, dan mulailah menulis.
Kedua, mau nulis apa? Ini masalah klasik tetapi berat. Tulisan apa yang layak dituliskan? Rincian bon, agenda harian, pesan-pesan singkat untuk kekasih, kata-kata mutiara, gosip tetangga, atau apa? Jawabannya sederhana. Semuanya layak saja dituliskan. Rincian bon bisa menjelma tulisan ilmiah tentang krisis ekonomi. Pesan singkat berubah menjadi cerpen legendaris (pernah baca cerpen SMS nya Djenar Maesa Ayu?). Gosip tetangga bisa dimasak jadi ulasan kebudayaan atau sosiologi tentang pola pergaulan ibu-ibu perkotaan. Apa saja bisa ditulis. Jangan ragu.
Ketiga, writer’s block. Writer’s block adalah persoalan kebuntuan ide di tengah-tengah proses menulis. Bagaimana masalah ini bisa terjadi dan bagaimana cara mengatasinya? Saya sarankan anda menulis dulu serajin-rajinnya dan sebanyak-sebanyaknya barulah kita bicarakan persoalan satu ini. Orang yang tidak pernah menulis tidak akan mengalami writer’s block.
Keempat, kesulitan berkonsentrasi. Sebagai orang yang sedang belajar menulis, saya memahami bahwa konsentrasi adalah satu persoalan yang harus diatasi agar dapat serius menulis dan menyelesaikan. Resep saya, ambil waktu yang benar-benar luang, duduklah dengan tenang, lupakan sejenak segala masalah, berdoa sebelum memulai, dan menulislah. Sembari menulis, berlatihlah menahan diri dan tetaplah duduk dengan tenang sampai tulisan selesai.
Kelima, tidak mampu menuntaskan apa yang sudah dimulai. Memulai memang satu persoalan tersendiri yang harus kita selesaikan tetapi menyelesaikan apa yang sudah kita mulai adalah persoalan lain yang tidak kalah beratnya. Tulisan yang belum tentu bagus ini saja sudah molor sampai hampir 2 minggu. Semoga kali ini berhasil terselesaikan.
Menyelesaikan sesuatu membutuhkan komitmen, namun hasilnya juga bukan kepalang. Menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas rasanya seperti ORGASME !! percayalah. Bagi yang belum tau rasanya orgasme. Menulislah tentang sesuatu yang sangat kamu kuasai dengan baik, curahkan seluruh gagasan dengan hatimu, selesaikanlah, dan rasakanlah. Begitulah rasanya orgasme. Dahsyat kan? Semoga bisa membuat ketagihan menulis.
Keenam, merasa tidak perlu menulis. Setiap kita punya gagasan, karena setiap kita punya pengalaman. Gagasan kita adalah sebagian hutang kita kepada kehidupan. Tuangkanlah gagasan itu. Biarkan orang lain merasakan inspirasinya. Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan banyak tulisan. Keren, kan?
Masih merasa malas menulis? Yah..tidak semua orang harus menulis sih..tapi saya percaya semua orang harus berkarya. Semua orang harus menorehkan dirinya di kehidupan ini. Don’t be someone who they forget. ***
12 Maret 2008, setelah sekian lama tidak menulis…
bagus…….
keep nulis y…
saran nie…
tapi apa y?wkwkwkw
dari semua yang aku baca (kecuali yang bahasa inggris, whahahaha) semuanya masih dalam bentuk pandangan pribadi km yah….kurang.gimanaaaaaa gitu.
tapi aku gak tau sih kurangnya yang mana..(ih gimana siy ini orang) hikshikshiks
menyentuh tapi kurang menyentuh lagi dikit. (uoopoooo..)
kalo menurut aku (sori ya..aku g tau yang tulisan gini2 siy..)
*ya udah jangan coment!!*
kurang menyentuh yah…
*yang “menyentuh2” kan udah tadi…!! di atas!* (oiya ya…)
apa ya..?
kurang penekanan kayanya..
kalo alur mau dibelokin…lebih baik dipanjangin dikit tapi jangn terlalu panjang..
biar pembaca tu..nggak cepet bolak-balik otaknya.
gitu..tapi bener g ya…g tau deh! apa otakku ya..yang rada2 kurang.hehehehe
*ah udah sana!! siram aer panas baru tau rasa lho!*
iyya…
misi……
oiyya!
*apa lagee!!!*
g jadi deh..
missi….
bahasanya kali atau pemelihan kata/penyusunan kalimatnya
kurang membuat untuk lebih menarik pembaca..
apa tema kaya gitu y…jd nulisnya kudu kaya gitu?
aku mo coba deh nulis kaya gitu.
tunggu tulisanku y…
bletak!! (sendal bakiak mendarat tepat di jidat)
*misi! misi! kok belum pergi juga!*
kaboooooooorrrrrrrrrrrrrr
Apa juga pekerjaan, pada peringkat awalan memang selalu sulit. Tetapi apabila ada ketekunan, lama-kelamaan yang rumit, yang sulit akan menjadi mudah. Betul nggak?
Pokoknya hendak seribu daya, jika nggak mau seribu
pula dalihnya.