Hari ini aku merasa mimpiku tidak lagi jauh. Mimpiku kini mendekat dan mampu kuraih. Hari ini aku mencicipi keberuntungan pemulaku. Tulisanku, Bahagia Sekarang Juga, dimuat di majalah CHIC edisi No. 32, 11-25 Maret 2009.
Aku membaca The Alchemist, novel masterpiece karya Paulo Coelho saat aku sedang jatuh. Kalimat-kalimat dalam buku itu sangat jernih terbaca dan membantuku bangkit. Dari buku itu aku mempelajari apa yang banyak dikutip orang pada berbagai kesempatan: ” Dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu meraihnya.” Bagaimana jagat raya membantu kita meraih takdir kita? Pada halaman selanjutnya Cuelho menulis, ”Orang yang pertama kali main kartu hampir selalu menang. Keberuntungan pemula. Kenapa begitu? Sebab ada daya yang menghendaki engkau mewujudkan takdirmu; kau dibiarkan mencicipi sukses, untuk menambah semangatmu.”
Hari ini aku mencicipi keberuntungan pemulaku…..
Aku telah lama menulis. Aku menulis di majalah kampus, newsletter karya pusat penelitian yang didirikan bersama oleh teman-temanku, website Lembaga Swadaya Masyarakat tempatku pernah bekerja, dan blog pribadi dengan nama yang ”tidak terlalu menjual”. Hari ini untuk pertama kalinya, namaku tercetak di majalah nasional, tepatnya majalah wanita CHIC. Bahagia rasanya. Majalah yang biasanya sangat menarik dibaca mendadak menjadi tidak menarik karena hanya tulisankulah yang kubaca berulang karena rasa hampir tak percaya.
Sungguhkah ini keberuntungan? Mungkin tidak. Beberapa teman yang membaca menganggap tulisanku memang bagus. Mungkin juga ini adalah hasil dari ”latihan menulis” ku yang cukup lama. Terlepas dari apakah dimuatnya tulisanku ini sebuah keberuntungan atau tidak, aku memilih untuk senantiasa percaya pada bigger power. Aku yakin ada Dia yang mengasihiku dan memberiku kepandaian, kemampuan, dan jalan untuk menggapai impianku. Yakin akan kekuatan yang lebih besar sungguh membuat hidup jauh lebih mudah. Jika kita berhasil, maka kita tidak akan serta merta mengaku-aku keberhasilan tersebut sebagai hasil usaha dan kehebatan kita semata. Kita akan punya kekuatan untuk terus menerus memperbaiki diri meski merasa berada di puncak keberhasilan. Sebaliknya, jika gagal kita tidak akan terjerumus menyalahkan diri sendiri. Evaluasi tentu penting agar kita bisa belajar dari kesalahan, namun berhenti karena gagal tentu bukan sikap yang positif. Percaya pada kekuatan yang lebih besar membuat kegagalan terasa manis karena pelajaran yang dapat diambil darinya.
Maka, pertanyaan yang harus kuajukan bukanlah, ”Apakah ’keberhasilan’ kali ini keberuntungan atau bukan? Tetapi bagaimana cara aku merubah ’keberhasilan ini’ dari keberuntungan pemula menjadi tradisi profesional? Inilah pertanyaan sesunguhnya. Keberuntungan pemula, kalaupun kita percaya padanya, adalah sesuatu yang ’diberikan’ alam semesta pada kita untuk memacu semangat. Impian kita hanya akan sungguh tercapai setelah melalui jalan panjang yang berliku. Masalahnya adalah, maukah kita menempuh jalan itu? Cukupkah semangat tadi membawa kita untuk mencapai impian? Apakah kita termasuk orang yang mudah berpuas diri dan membual tentang satu momen keberhasilan sepanjang hidup atau orang yang terus maju menempuh jalan terjal sampai hidup akhirnya purna? Tentu jawaban itu ada pada diri kita sendiri. Mana yang lebih mencerminkan diri kita, seorang penyanyi ”one hit wonder” atau penyanyi legendaris yang terus menerus menghasilkan hits? ***
Wah selamat bu rangga. Btw, CHIC itu majalah apa ya? Belum pernah baca kayaknya nih. Maklum, bukan wanita hehe..
bukan sekadar keberuntungan dhy, artikelmu memang berkarakter ko. layak utk terbit rutin tiap bulan utk memberi vibrasi berharga bagi kaum hawa. jujur aku terkesan, impresimu begitu dalam.
good luck dhy….